Maqam Rasul saww dan Ahlulbaitnya as lebih Tinggi dari Maqam Para Nabi as Sebelumnya

Maqam Rasul saww dan Ahlulbaitnya as lebih Tinggi dari

Maqam Para Nabi as Sebelumnya

Oleh : Zen

Maqam seseorang menunjukkan keutamaannya, Rasulullah saw adalah makhluk yang paling sempurna yang tidak ada lagi maqam diatasnya kecuali Allah Swt. Sebagai salah satu ciri dalam agama Islam adalah memiliki seorang Nabi dan pemimpin yang paling tinggi maqamnya dari berbagai macam sisi, dari sisi keilmuannya, kesabarannya, keubudiyahannya, dll. Inipun menjadi kebanggaan bagi Umat Islam seluruhnya dengan memiliki Nabi dan pemimpin yg berkedudukan yang sangat tinggi bahkan lebih tinggi dari para nabi sebelumnya.

Banyak dalil baik yang bersumber dari Alquran ataupun dari riwayat yang sahih mengenai kedudukan mereka yang lebih tinggi dari seluruh makhluk, adapun secara ringkas mishdaq yang paling mudah untuk mengetahui kedudukan mereka lebih tinggi dari para nabi sebelumnya adalah dari sisi keilmuan mereka, baik itu ilmu bathin, ataupun ilmu dzahirnya. Didalam surat Almaidah  disebutkan :

وَ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقاً لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَ مُهَيْمِناً عَلَيْهِ

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, sedang kitab ini membenarkan dan menjaga kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya”[1]

Kunci dari ayat ini adalah kata مهيمناً عليه)) atau menjaga kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, Ghazali mengatakan :

كلّ شرف على كنه الأمر مستولٍ عليه حافظ له فهو مهيمن عليه. من هنا أنّ كلّ من أشرف على أغوار شى‏ء وأسراره، واستولى‏ مع ذلك على تقويم أحواله وأوصافه، وقام بحفظه على الدوام على مقتضى تقويمه، فهو مهيمن عليه‏

“Inti dari setiap kemuliaan sesuatu adalah menguasai sesuatu, memelihara/menjaganya, hal itu disebut sebagai muhaimin alaihi, dari sinilah bisa dikatakan bahwa setiap orang yang paling mulia/ yg paling mengawasi rahasia dan hakikatnya, dan menguasai derajat keadaan dan sifat-sifatnya, dan selalu menjaganya disebut sebagai muhaimin alaihi”.[2]

Alamah Thabathabai menambahkan dalam hal ini :

هيمنة الشى‏ء على الشى‏ء على ما يتحصّل من معناها كون الشى‏ء ذا سلطة على الشى‏ء فى حفظه ومراقبته وأنواع التصرّف فيه، وهذا حال القرآن الذى وصفه الله تعالى بأنّه تبيان كلّ شى‏ء بالنسبة إلى ما بين يديه من الكتب السماويّة، يحفظ منها الأصول الثابتة غير المتغيّرة وينسخ منها ما ينبغى أن ينسخ من الفروع التى يمكن أن يتطرّق إليها التغيّر والتبدّل، حتّى يناسب حال الإنسان بحسب سلوكه صراط؛ الترقّى والتكامل بمرور الزمان؛ قال تعالى:) إِنَّ هذَا الْقُرْآنَ يَهْدِى لِلَّتِى هِىَ أَقْوَمُ ) (الإسراء: 9)، وقال:مَا نَنْسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا ( (البقرة: 106(.

فهذه الجملة أعنى قوله ومهيمناً عليه متمّمة لقوله ومصدّقاً لما بين يديه من الكتاب تتميم إيضاح، إذ لولاها لأمكن أن يتوهّم من تصديق القرآن للتوراة والإنجيل أنّه يصدّق ما فيهما من الشرائع والأحكام تصديق إبقاء من غير تغيير وتبديل، لكن توصيفه بالهيمنة يبيّن أنّ تصديقه لها تصديق أنّها معارف وشرائع حقّة من عند الله، ولله أن يتصرّف منها فيما يشاء بالنسخ والتكميل» .

Haimanatusysyai  ‘alasysyai  (penjagaan sesuatu kepada seseuatu) dari maknanya adalah sesuatu yang memiliki kekuasaan pada sesuatu yang lain dalam menjaganya, memeliharanya, dan mampu menggunakannya, dan hal itu seperti yg ada pada Alquran yang mana Allah Swt menyifatinya sebagai penjelas segala sesuatu yang dinisbatkan kepada kitab-kitab samawi sebelumnya, yang mana Alquran menjada ushul (dasar-dasar )yang tetap tidak berubah dan menghapus dari kitab-kitab tersebut apa yang harus dihapus dari sisi furu’ (cabang) yang mana dimungkinkan pada hal yang cabang perubahan dan penggantian, sehingga sesuai dengan keadaan manusia berdasarkan tingkah-lakunya, kemajuannya disepanjang zaman…dengan kalimat tersebut diatas yakni FirmanNya muhaiminan ‘alaihi penyempurna dari firmannya  mishdâqan lama baina yadaihi minal kitâb (membenarkan kitab-kitab sebelumnya) dengan bentuk tatmîm iîdhâh (penyempurna dengan menggunakan penjelasan)…[3]

Dari ayat tersebut bisa dipahami bahwa Alquran adalah membenarkan kitab-kitab sebelumnya  dan menjaganya, adapun didalam surat lainnya dikatakan bahwa Alquran adalah penjelas segala sesuatu.

وَ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَاناً لِكُلِّ شَىْ‏ءٍ وَ هُدًى وَ رَحْمَةً وَ بُشْرَى لِلْمُسْلِمِين‏

“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur’an) ini untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”[4]

Didalam riwayat Rasulullah saww bersabda:

وقد ذكر الأنبياء صلوات الله عليهم: وإنّ الله عزّ وجلّ جعل كتابى المهيمن على كتبهم الناسخ لها

“…Sesungguhnya Allah Swt telah menjadikan kitabku (Alquran) muhaiminan (penjaga) dari kitab-kitab mereka (para nabi as) yang telah dinasakh[5]

Dari sanalah kita dapat memahami bahwa barangsiapa yang menguasai Alquran bathinnya dan dzahirnya maka dia berarti menguasa ilmu dari kitab-kitab sebelumnya juga, sehingga bisa dikatakan bahwa Nabi Saww adalah yang lebih berilmu dan lebih tinggi maqamnya dari para nabi as sebelumnya. Selain daripada ayat-ayat lain yang menjelaskan keutamaan Nabi Khatam Muhammad saww adalah yang lebih Mulia dari nabi-nabi sebelumnya diantara surat Az-zumar :

قُلْ إِنِّى أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصاً لَهُ الدِّينَ* وَ أُمِرْتُ لِأَنْ أَكُونَ أَوَّلَ الْمُسْلِمِين‏

Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).”

Awwal al-muslimîn maksudnya adalah awal dalam makna lebih unggul bukan awal dalam zaman, didalam ayat tersebut dikatakan bahwa Rasulullah saww diperintahkan untuk menjadi Hamba yang paling ikhlash dan untuk menjadi orang yang paling unggul dalam berislam.

Dari sinilah kita dapat melihat bahwa parameter keutamaan manusia adalah menguasai Alquran bathinnya dan dhahirnya, begitu pula para Imam Ahlulbait as sebagai washi dan wakil nabi terakhir saww yang menguasai ilmu seperti ilmunya Rasulullah saww, hal ini bisa kita lihat dalam beberapa sumber dalil yang menyertainya diantaranya:

A. Penguasaan Ilmu Alquran yang sempurna dari para Imam as

1) Allah telah mewariskan kitab Alquran kepada hamba pilihan yaitu Rasulullah saww dan para Imam Ahlulbait as

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا

Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami…”[6]

Abal Hasan as bersabda:

فنحن الذين اصطفانا الله عزّ وجلّ وأورثنا هذا الكتاب الذى فيه تبيان كلّ شى‏ء

“Kamilah orang-orang yang mana Allah Swt telah memilinya dan mewariskan kitab (Al-quran) yang mana didalamnya penjelas atas segala sesuatu”[7]

Imam Jawad as bersabda :

هى لنا خاصّة

“Hal itu khusus untuk kami (ahlulbait as)”[8]

Imam Bâqir as bersabda ketika ditanyakan ayat tersebut :

نزّل فينا أهل البيت

“Ayat itu turun untuk kami Ahlulbait (as)”[9]

Imam Bâqir pun bersabda :

السابق بالخيرات الإمام، فهى فى ولد علىٍّ وفاطمة عليهما السلام‏

“Yang paling utama dalam kebaikan adalah Imam, dan ayat tersebut untuk putra Ali as dan Fathimah as (maksudnya Para Imam Ahlulbait as)”[10]

2) Allah Swt telah memberikan Ilmu Kitab kepada Rasul saww dan Imam Ahlulbait as

وَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَسْتَ مُرْسَلًا قُلْ كَفَى بِاللَّهِ شَهِيداً بَيْنِى وَ بَيْنَكُمْ وَ مَنْ عِنْدَهُ عِلْمُ الْكِتَاب‏

Orang-orang kafir berkata, “Kamu bukanlah seorang utusan.” Katakanlah, “Cukuplah Allah dan orang yang mempunyai ilmu al-Kitab (dan pengetahuan terhadap Al-Qur’an) menjadi saksi antara aku dan kamu.”[11]

Orang yang diberi Ilmu Al-Kitab adalah Imam Ali as, berbagai riwayat menjelaskan mengenai hal itu baik didalam kitab ahlussunnah maupun kitab syiah, seperti  Imam Ali as bersabda mengenai ayat tersebut:

علينا نزل قبل الناس، ولنا فسّر قبل أن يفسّر فى الناس، فنحن نعرف حلاله وحرامه وناسخه ومنسوخه وسفريه وحضريه وفى أىّ ليلة نزلت، وفيمن نزلت وفيما نزلت‏

“Pada kamilah ayat turun sebelum (dijelaskan kepada manusia) dan kepada kami ditafsirkan sebelum ditafsirkan kepada manusia lainnya, maka kamilah yang lebih mengetahui halalnya dan haramnya nâsikhnya dan mansûkhnya dan safar nya dan hadhar nya dan di malam apa turunnya, dan untuk siapa turunnya dan untuk apa turunnya”.

B. Ilmu para Imam Ahlulbait as adalah Ilmu Rasulullah saww

Rasulullah saww bersabda:

إنّ أهل بيتى الهُداة بعدى أعطاهم الله فهمى وعلمى، وخُلقوا من طينتى، فويلٌ للمنكرين حقّهم من بعدى القاطعين فيهم صلتى، لا أنالهم الله شفاعتى‏

“Sesungguhnya Ahlulbaitku adalah pemberi petunjuk setelahku, Allah Swt telah memberikan pengetahuanku dan ilmuku kepada mereka as, dan Allah Swt telah menciptakan mereka dari tanahku, maka neraka wail lah bagi orang-orang yang mengingkari hak mereka setelahkku yaitu yang memutuskan salawat atasku (salawat tanpa kepada keluarganya), dan mereka (yang mengingkari hak Ahlulbaitnya) tidak akan mendapat syafaatku”[12]

Rasul saww pun bersabda :

من أراد أن يحيا حياتى ويموت مماتى ويدخل جنّة عدن التى غرسها الله ربّى بيده، فليتولّ علىّ بن أبى طالب وليتولّ وليّه وليعاد عدوّه، وليسلّم للأوصياء من بعده، فإنّهم عترتى من لحمى ودمى، أعطاهم الله فهمى وعلمى‏

“Barangsiapa yang ingin mendekati kehidupan dan kematianku (maksudnya perjalananku) dan memasuki syurga Adn, yang mana Allah Swt sendirilah yang menanam pohon syurga didalamnya dengan kekuasaanNya, maka berwilayahlah kepada Ali Ibn Abi Thalib (as), dan berwilayah kepada walinya, dam musuhilah yang memusuhinya, dan bertaslimlah kepada para washi setelahnya, karena mereka itrahku adalah dari daging dan darahku, Allah Swt telah memberikan pengetahuan dan ilmuku kepada mereka (as)”.[13]

Imam Bâqir bersabda :

لم يعلّم الله محمّداً صلّى الله عليه وآله علماً إلّا أمره أن يعلّمه عليّاً عليه السلام‏

“Allah tidak mengajarkan ilmu kepada Muhammad saww  kecuali memerintahkannya untuk mengajarkan pula kepada Ali as”[14]

Imam Shâdiq as bersabda kepada Abi Bashir, bahwa seluruh ilmu para nabi sebelumnya telah diajarkan oleh Allah kepada Rasulullah saww, dan seluruh ilmu Muhammad saww ada pada para Imam Ahlulbait as seperti yg telah disebutkan

يا أبا محمّد إنّ الله عزّ وجلّ لم يعط الأنبياء شيئاً إلّا وقد أعطاه محمّداً صلّى الله عليه وآله‏

“Wahai Aba Muhammad Sesungguhnya Allah Swt tidak memberikan sesuatupun kepada para nabi (as) kecuali telah telah Allah Swt berikan kepada Muhammad saww”[15]

Abu al-Hasan Al-Awwal as bersabda:

ما بعث الله نبيّاً إلّا ومحمّد صلّى الله عليه وآله أعلم منه‏

“Allah Swt tidak mengangkat nabi kecuali padanya Muhammad saww dan (Muhammad saww dan keluarganya) adalah lebih berilmu darinya”[16]

Imam Shâdiq as bersabda :

إنّ الله خلق أولى العزم من الرُّسل وفضّلهم بالعلم وأورثنا علمهم وفضلهم، وفضّلنا عليهم فى علمهم، وعلّم رسول الله صلّى الله عليه وآله ما لم يعلموا، وعلمنا علم الرسول صلّى الله عليه وآله وعلمهم‏

“Sesungguhnya Allah Swt telah menciptakan nabi Ulul Azmi dari para rasul (as) dan mengutamakan mereka dengan ilmu dan mewariskan keutamaan mereka dan keutamaan mereka kepada kami, dan Allah telah mengutamakan kami dari mereka semua dalam keilmuan mereka, dan Allah Swt telah mengajarkan Rasulullah saww dengan ilmu yang belum diajarkan kepada mereka (Ulul Azmi as), dan mengajarkan ilmu tersebut /ilmu rasulullah saww dan ilmu mereka (Ulul Azmi)”[17].

Dan masih banyak lagi riwayat sahih lainnya yang tak perlu dituliskan disini.

C. Hadits Ats-Tsaqalain

Hadits ini merupakan hadits yang mutawatir dikalangan umat Islam baik suni atau syiah, hadits ini adalah dalil terkuat menganai kemaksuman para Imam ahlulbait as, begitu juga dalil bagi keutamaan para Imam Ahlulbait as

إني تارك فيكم الثقلين كتاب الله و عترتي أهل البيتي، ما إن تمسكتم بهما لن تضلوا بعدي أبداً…

Rasulullah saww bersabda : Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian semua dua pusaka yang berat  yang pertama Kitabullah dan kedua itrati Ahlulbaiti , yang berpegangteguh padanya maka tidak akan tersesatkan selama-lamanya setelahku…

Didalam hadits tersebut dikatakan bahwa Ahlulbait as merupakan pusaka setelah Alquran dimana keduanya tidak dapat terpisahkan, ilmu apapun yang ada didalam Alquran adapula pada para imam Ahlulbait as. Sehingga keduanya merupakan pusaka peninggalan nabi saww yang abadi dan sebagai petunjuk bagi semesta alam.

Masih banyak dalil mengenai maqam para Imam Ahlulbait as yang mereka lebih dari para nab isebelumnya , sebab mereka adalah washi dan wakil Nabi Muhammad saww yang mana Nabi Khatam saww adalah nabi yang paling mulia dari seluruh makhluk sekalipun, dan seluruh ilmunya ada pada ilmu para Imam Ahlulbait as.


[1] Al-Maidah:48

[2] Al-Ghazâli, Ibnu Hâmid, ditahkik oleh Dr. Fadhlah, Al-Maqshad Al-Ashna fi Syarh Al-M’âni Asma Allahi Al-Husna, hal.76, cetakan kedua, Dar Al-Masyriq Beirut Libanon.

[3] Tabhathabai, Tafsîr Al-Mîzân, jilid ke-5 , hal.248

[4] An-Nahl :89

[5] At-Thabarsi, ditahkik oleh Sayyid Muhammad Bâqir Khurasân, Al-Ihtijâj, jilid ke-2, hal.57, cetakan tahun 2007, Dâr an-Nu’mân, An-Najaf Al-Asyraf

[6] Fâthir:32

[7] Ushul min Al-Kâfi, kitab Al-Hujjah, jilid ke-1, hal. 226

[8] Bihar Al-Anwâr, jilid ke-23, hal. 218

[9] Nur Ats-Tsaqalain, hal. 363, hadits ke-84

[10] Nur Ats-Tsaqalain, hal.362, hadits ke-79

[11] Ar-Ra’ad :43

[12] Bashâir Ad-Darajât, hal.68

[13] Al-Ushûl Al-Kâfi, jilid ke-1, hal. 209, haditske-3, kitab Al-Hujjah

[14] Al-Ushûl Al-Kâfi, jilid ke-1, hal. 209, haditske-1, kitab Al-Hujjah

[15] Al-Ushûl Al-Kâfi, jilid ke-1, hal. 209, haditske-5, kitab Al-Hujjah

[16] Al-Ushûl Al-Kâfi, jilid ke-1, hal. 209, haditske-7, kitab Al-Hujjah

[17] Bashâir Ad-Darajât Al-Kubra, jilid ke-1, hal 444, hadit ke-834

Tinggalkan komentar